Perempuan dalam Popularitas Pelakor vs Pebinor (Kajian Semiotik berbasis Gender)

  • Ayunda Riska Puspita Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Abstract views: 3180 , PDF (Bahasa Indonesia) downloads: 202

Abstract

Abstrak: Akhir tahun 2017 muncul istilah pelakor yang merupakan akronim dari “perebut laki orang”. Sebagai bentuk perlawanan dari istilah pelakor muncullah istilah pebinor yang merupakan akronim dari “perebut bini orang”. Tahun 2022 dua kata tersebut telah msuk ke dalam KBBI. Popularitas pelakor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pebinor. Perselingkuhan tidak mungkin dilakukan oleh satu orang, tetapi populernya istilah pelakor membuat perempuanlah yang paling bersalah dibandingkan laki-laki. Padahal, pasti ada dua pihak yang menyimpang dari norma masyarakat dengan melakukan “hubungan gelap” atau perselingkuhan. Di berbagai laman dalam internet, ditemukan lebih banyak meme yang menampilkan pelakor dibandingkan dengan pebinor. Kalaupun ada meme yang membahas pebinor, sebagian besar didampingkan dengan pelakor. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna yang terdapat dalam tanda pada meme pelakor dan pebinor menggunakan teori Semiotik yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce dan mendeskripsikan posisi perempuan dalam meme tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif-interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan diskriminasi pada pelakor atau perempuan yang dianggap sebagai pihak yang paling agresif dibandingkan laki-laki dan satu-satunya penyebab kehancuran rumah tangga seseorang. Deskriminasi terhadap perempuan yang terdapat dalam meme tersebut merupakan salah satu bentuk kekerasan (violence) terhadapt perempuan yaitu kekerasan verbal (verbal abuse).

References

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Dewi, M. C. (2013). . (213). “Representasi Pakaian Muslimah dalam Iklan (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce pada Iklan Kosmetik Wardah di Tabloid Nova)” ,. Jurnal Komunikasi PROFETIK, 06(2), 63–82.

Karima, S., & Christin, M. (2015). Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce atas Presentasi Kekerasan dalam Serial Film Kartun Little Krishna Episode 5. E-Proceeding of Management, 2237–2243.

Kridalaksana, H. (2011). Kamus Linguistik. Gramedia Pustaka Utama.

Mufidah, C. (2004). Paradigma Gender. Bayumedia Publishing.

Muthali’in, A. (2001). Bias Gender dalam Pendidikan. Muhammadiyah University Press.

Patriansyah, M. (2014). Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri. Jurnal Ekspresi Seni, 16(2), 239–252.

Preminger, A., & Dkk. (2001). Semiotik (Semiologi) (H. G. Widia (ed.)).

Sobur, A. (2015). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Remaja Rosdakarya.

Sudaryanto. (1992). Metode Linguistik. Gajah Mada University Press.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. ALFABETA.

Wijana, I. D. P. (2010). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Pustaka Pelajar.

PlumX Metrics

Published
2023-07-25
How to Cite
Puspita, A. R. (2023). Perempuan dalam Popularitas Pelakor vs Pebinor (Kajian Semiotik berbasis Gender). Dialektika: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 1(1). Retrieved from https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/dialektika/article/view/7044
Section
Articles