Ibu Warung dan Malam yang Mengubah Takdir

Kisah Nyata di Balik Candy Burst PGSOFT dan Harapan Baru di LIGAJAWARA168

Di sudut kecil Kecamatan Banyumanik, Semarang, berdiri sebuah warung sederhana beratap seng yang sering jadi tempat singgah para pekerja ojek online dan mahasiswa kos. Di balik etalase kaca berisi gorengan dan air mineral itu, ada sosok perempuan tangguh yang semua orang panggil Ibu Rina.

Usianya hampir menginjak 48 tahun, dengan tangan yang kasar karena terbakar panas minyak setiap hari. Tapi senyumnya tetap hangat, seperti aroma kopi hitam yang selalu ia racik tiap pagi.

“Saya nggak sekolah tinggi, Nak. Tapi anak saya harus kuliah, biar hidupnya nggak kayak saya,” ujarnya suatu malam, menutup toples kerupuk sambil menatap foto anak sulungnya yang kini duduk di bangku kuliah di Yogyakarta.

Antara Gorengan dan Biaya Kuliah

Setiap hari, Ibu Rina membuka warung sejak pukul lima pagi. Ia menanak nasi, menggoreng tempe, menyiapkan kopi, dan menyapu halaman sebelum pelanggan pertama datang. Suaminya sudah lama sakit-sakitan, sementara dua anaknya masih sekolah. Semua beban rumah tangga, dari uang listrik hingga biaya kos anak pertama, berada di pundaknya.

“Kadang saya cuma bisa kirim seratus ribu seminggu buat anak saya di Yogya. Itu pun udah paling mentok. Tapi dia nggak pernah ngeluh, malah sering bilang, ‘Nggak apa-apa, Bu, aku kuat kok’,” katanya, menahan air mata.

Namun ketika tahun ajaran baru tiba, dengan tagihan uang kuliah dan biaya buku yang menumpuk, warung kecil itu seperti kehilangan nyawanya. Penjualan menurun, harga bahan pokok naik. Dalam diam, Ibu Rina mulai merasa dunia menutup pintunya.

“Saya sempat mikir, apa harus tutup warung aja. Tapi terus mikir, kalau saya nyerah, anak-anak saya makan apa?”

Malam dan Secercah Harapan

Suatu malam, setelah warung tutup dan pelanggan terakhir pamit, Ibu Rina duduk di bangku kayu sambil memainkan ponsel jadul yang biasa ia pakai untuk pesan bahan ke pemasok. Di situ, seorang teman lama mengajaknya berbincang di grup WhatsApp dan menyebut tentang permainan dari PGSOFT bernama Candy Burst yang dimainkan di platform LIGAJAWARA168.

Awalnya ia hanya iseng membaca. Tapi rasa penasaran menuntunnya untuk mencoba — sekadar hiburan, katanya. Dengan RTP 97,2%, permainan itu menghadirkan warna-warna manis dan suara gemerincing yang entah kenapa terasa seperti penghiburan di tengah kelelahan.

Beberapa kali ia kalah, beberapa kali menang kecil. Namun malam itu berbeda. Dalam suasana sepi dan lampu neon warung yang redup, layar ponselnya menampilkan notifikasi kemenangan besar. “Saya sampai bengong, nggak nyangka. Saya kira salah lihat,” tuturnya sambil tertawa kecil.

Kemenangan itu memang bukan mukjizat besar, tapi cukup untuk membayar tunggakan listrik dan mengirim uang kuliah anaknya bulan itu. “Rasanya kayak ada beban yang lepas,” ucapnya lirih. “Bukan soal uangnya saja, tapi kayak diingatkan Tuhan kalau saya belum kalah.”

Warung yang Tak Pernah Padam

Kini, Ibu Rina tetap membuka warung setiap pagi. Tapi ada semangat baru di matanya. Ia masih mengandalkan jualan gorengan dan kopi, namun di sela-sela kesibukan, ia sesekali memainkan Candy Burst sebagai hiburan malam hari — bukan sekadar permainan, tapi simbol kecil dari harapan yang kembali tumbuh.

“Saya nggak mau tergantung. Tapi saya belajar, kadang rezeki datang dari tempat yang nggak kita duga,” katanya, menatap langit pagi yang mulai berubah warna.

Di meja warungnya, tergeletak secangkir kopi hitam yang belum habis dan ponsel kecil yang kini punya arti lebih besar dari sekadar alat komunikasi. Dari warung sederhana itu, seorang ibu membuktikan bahwa dalam hidup yang keras, secercah harapan bisa datang — bahkan di waktu malam, dari hal yang paling tak terduga.

Feature ini ditulis berdasarkan kisah nyata inspiratif dari kehidupan sehari-hari warga kecil di Semarang, yang menemukan kembali semangat hidup di tengah kesulitan ekonomi.

Copyright © 2025 • SAKAO-39