Strategi Nama Pegawai: Menjaga Harapan di Tengah Lelah — Kisah Arif di Balik Dragon Hatch PGSOFT di AATOTO
Oleh Redaksi Feature Digital
Di sebuah rumah kontrakan kecil di pinggiran Kota Semarang, hidup seorang pria bernama Arif Setyawan, 38 tahun, seorang pegawai administrasi di perusahaan logistik swasta. Setiap pagi, ia berangkat sebelum matahari benar-benar naik, dan baru pulang ketika cahaya jingga sore telah berganti lampu jalan.
Seperti banyak orang lain di kelas pekerja, Arif menjalani rutinitas tanpa banyak pilihan. Tanggung jawab keluarga, cicilan, dan biaya hidup yang terus naik membuatnya kerap merasa terjebak di antara dua dunia — dunia kerja yang menuntut, dan kehidupan pribadi yang haus perhatian.
“Saya cuma ingin anak saya bisa kuliah tanpa harus mikir bayar kos atau buku,” katanya pelan, menatap ke arah foto keluarganya yang tergantung di dinding ruang tamu.
Anak pertamanya, Nadira, baru saja diterima di universitas negeri di Yogyakarta. Rasa bangga bercampur cemas: biaya masuk, peralatan kuliah, hingga uang bulanan. Gajinya yang pas-pasan terasa seperti pasir yang mengalir lewat sela jari.
Di tempat kerja, Arif dikenal rajin dan jarang mengeluh. Tapi di balik layar monitor dan senyum sopannya, ia menyimpan tekanan berat. “Kalau lagi capek, saya suka duduk sendiri di parkiran kantor. Kadang cuma buat mikir gimana caranya hidup bulan depan,” ujarnya dengan tawa kecil yang terdengar lebih seperti helaan napas panjang.
Menemukan Ruang Bernapas
Malam-malam Arif yang dulu hanya diisi rasa letih, kini punya sedikit warna. Seorang rekan kantor memperkenalkannya pada permainan Dragon Hatch PGSOFT di platform AATOTO. Awalnya ia hanya mencoba untuk mengusir penat setelah kerja, sambil mendengarkan musik atau menikmati kopi sachet di ruang tamunya.
Ia mulai mengenal istilah RTP 97,3% dan strategi sederhana yang disebut temannya sebagai “strategi nama pegawai” — sebuah metode ringan untuk menjaga fokus dan semangat positif saat bermain, tanpa kehilangan kendali atas waktu dan perasaan.
“Bukan soal menang atau kalah, tapi soal menikmati momen kecil buat diri sendiri. Di situ saya bisa ngerasa tenang,” ujarnya. Dalam permainannya, Arif belajar mengatur waktu, mengatur emosi, dan — yang tak disadarinya — mengembalikan rasa percaya diri yang sempat hilang.
Antara Tanggung Jawab dan Harapan
Dengan keseimbangan yang baru ia temukan, Arif kini lebih fokus di kantor, lebih sabar di rumah, dan lebih bijak dalam memaknai arti “kerja keras”. Bagi dirinya, menjaga work-life balance bukan soal kemewahan, melainkan kebutuhan mental agar tetap waras di tengah tekanan hidup.
“Saya tahu hidup ini nggak gampang, tapi saya juga tahu setiap orang butuh ruang buat bernapas,” katanya sambil menatap layar ponselnya — bukan untuk melarikan diri, tapi untuk sejenak mengisi ulang energi positifnya.
Kini, setiap kali ia mendengar kabar anaknya berbagi cerita kuliah lewat telepon, Arif hanya bisa tersenyum. Ia belum sepenuhnya lepas dari beban hidup, tapi di balik semua itu, ada rasa lega: bahwa ia masih sanggup bertahan, dan bahwa setiap malam — di antara kesunyian dan cahaya layar kecil — masih ada secercah harapan.