Di sudut kota Medan yang riuh, di antara deru mesin angkot dan panas aspal siang hari, Harun, 43 tahun, menghabiskan sebagian besar waktunya. Ia seorang sopir angkot jalur Padang Bulan – Simpang Limun. Setiap harinya, ia berangkat sebelum matahari terbit dan pulang saat langit sudah pekat, hanya untuk membawa pulang uang yang pas-pasan bagi istri dan dua anaknya.
Sejak pandemi, penumpang menurun drastis. “Kadang bawa angkot seharian, cuma dapat Rp80 ribu. Itu pun belum dipotong setoran,” ujarnya sambil menatap jalanan yang tak lagi seramai dulu. Namun perjuangan Harun tak berhenti di situ. Tahun ini, anak sulungnya, Rani, diterima di universitas negeri di Yogyakarta. Kabar bahagia itu justru menjadi beban baru di pundaknya.
Di tengah tekanan itu, Harun sempat berpikir untuk menyerah. Tapi suatu malam, saat menunggu penumpang di pangkalan, seorang teman sesama sopir bercerita tentang sebuah permainan bernama Mahjong Ways dan istilah yang baru pertama kali ia dengar: RTP — Return to Player.
Awalnya Harun tak begitu paham. Ia hanya mendengar bahwa RTP menunjukkan seberapa besar peluang pemain bisa mendapatkan kembali hasil dari yang dimainkan. Namun, karena rasa ingin tahu dan desakan kebutuhan, ia mulai mencari tahu lebih jauh. “Saya bukan mau cari kaya mendadak,” katanya pelan, “tapi saya ingin ngerti logikanya.”
Belajar dari Angka dan Peluang
Di sela waktu istirahat, Harun mulai membaca artikel dan menonton video tentang cara menganalisis RTP game Mahjong Ways. Ia belajar mencatat pola, memahami kapan RTP naik, dan kapan permainan lebih stabil. Baginya, ini bukan sekadar hiburan, tapi semacam eksperimen kecil untuk mengukur keberuntungan dan kesabaran.
“Saya perlakukan seperti kerja. Dicatat, dipelajari,” ujarnya sambil menunjukkan catatan kecil yang penuh angka dan simbol. Harun mulai memahami bahwa permainan ini punya sistem dan ritme, bukan sekadar nasib. Ia belajar kapan harus berhenti, kapan harus bermain. Perlahan, ia mulai menemukan keseimbangan antara hiburan dan harapan.
Titik Balik
Suatu malam di bulan Mei, Harun bercerita, ia menang cukup besar setelah menganalisis RTP yang sedang tinggi. “Itu pertama kali saya bisa bayar uang masuk kuliah Rani tanpa harus pinjam sana-sini,” katanya, matanya berkaca-kaca. Meski hasilnya tak selalu stabil, kemenangan itu memberinya ruang bernapas — dan semangat baru.
Kini, Harun masih menyetir angkot seperti biasa. Tapi di sela waktunya, ia tak lagi larut dalam rasa putus asa. Ia memanfaatkan pemahamannya tentang peluang dan strategi, bukan sekadar mengandalkan nasib. “RTP itu seperti hidup,” katanya sambil tersenyum. “Kadang tinggi, kadang turun. Tapi kalau kita sabar dan mau belajar, selalu ada kesempatan untuk menang lagi.”
Di balik layar ponselnya yang sederhana, Harun menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar permainan. Ia menemukan kembali harapan.