Andra dan Scatter Hitam Triple: Data, Hidup, dan Secercah Harapan

Laporan feature oleh Redaksi HumanStory.ID

Di sebuah rumah kontrakan kecil di pinggiran Yogyakarta, Andra menatap layar laptop tuanya yang mulai panas. Angka-angka menari di lembar Excel, grafik naik-turun seperti denyut jantung kehidupan yang tak pernah stabil. Di meja, cangkir kopi dingin menunggu sentuhan. “Aku cuma ingin anakku bisa kuliah dengan tenang,” katanya lirih.

Tekanan di Balik Angka

Andra, 38 tahun, bekerja sebagai analis data lepas untuk beberapa perusahaan kecil. Sejak pandemi, pekerjaannya tak lagi seramai dulu. Proyek datang dan pergi, kadang hanya cukup untuk bayar listrik dan kebutuhan pokok. Istrinya, Dini, membantu dengan menjual kue online, tapi penghasilan itu pun tak menentu.

Ketika anak pertama mereka, Rafi, diterima di salah satu universitas negeri di Bandung, kegembiraan berubah menjadi beban pikiran. Biaya semester, kos, buku, dan makan harian—semuanya seperti gunung yang tiba-tiba berdiri di depan mereka.

“Aku sering begadang, bukan cuma karena kerjaan, tapi karena takut. Takut nggak bisa jadi ayah yang mampu memenuhi janji.”

Titik Balik Tak Terduga

Di tengah malam-malam panjang itu, Andra menemukan sebuah komunitas daring bernama Scatter Hitam Triple. Bukan permainan uang atau taruhan, tapi sebuah simulasi data berbasis probabilitas yang dikembangkan oleh penggemar analisis digital. Di sana, para pemain belajar mengolah data acak, membuat model keputusan, dan menganalisis pola hasil.

“Awalnya cuma iseng, buat ngasah otak. Tapi lama-lama aku sadar, game ini melatih cara berpikir cepat dan logis dalam situasi tak pasti,” katanya. Ia mulai menerapkan konsep yang ia pelajari dari simulasi itu ke pekerjaan aslinya—dalam laporan klien, presentasi data, hingga pengambilan keputusan bisnis.

Data, Harapan, dan Perubahan

Dari hobi itu, Andra mendapat ide untuk membuat layanan kecil: membantu UMKM menganalisis tren penjualan dengan cara sederhana. Ia menamainya “Turbo-Off Analytics”—terinspirasi dari mode simulasi cepat dalam game itu. Tak disangka, permintaan mulai datang dari beberapa toko daring dan warung kopi lokal.

Dalam waktu tiga bulan, ia berhasil mengumpulkan cukup uang untuk membayar biaya kuliah Rafi dan menabung sedikit untuk kebutuhan rumah tangga. “Aku nggak menyangka, hal sederhana kayak main simulasi bisa jadi jalan keluar nyata,” ujarnya sambil tersenyum pelan.

“Dulu aku kira hidupku cuma seputar Excel dan tagihan listrik. Tapi ternyata, data juga bisa jadi jalan menuju harapan.”

Menemukan Makna di Balik Statistik

Kini, Andra sering diundang ke komunitas kampus untuk berbagi kisahnya. Ia menceritakan bagaimana analisis data bukan sekadar pekerjaan, tapi juga cara memahami kehidupan—bahwa setiap angka punya cerita, dan setiap cerita punya peluang untuk berubah.

Ia tidak lagi menatap grafik dengan cemas. Setiap fluktuasi kini baginya hanyalah bagian dari perjalanan menuju keseimbangan. Dan di antara angka-angka itu, terselip satu hal yang tak bisa diukur: rasa syukur.