Dari Kabel Mobil ke Harapan Baru: Kisah Rendi, Ahli Kelistrikan Mobil yang Menemukan Cahaya Hidupnya
Oleh Redaksi Feature Insight
Di sebuah bengkel kecil di pinggiran Kota Tegal, suara las dan denting logam beradu setiap pagi. Di antara deru mesin dan aroma oli, Rendi (38) duduk bersila di bawah kap mobil tua, tangannya cekatan merangkai kabel yang kusut. Keringat bercucuran di wajahnya, tapi matanya tetap fokus. “Kalau salah pasang satu kabel aja, mesin bisa nggak nyala,” katanya sambil tersenyum tipis.
Sudah hampir 15 tahun Rendi bekerja sebagai ahli kelistrikan mobil. Bengkel itu bukan miliknya, hanya tempat ia menumpang rezeki. Ia dibayar per pekerjaan, kadang Rp80.000, kadang Rp150.000, tergantung seberapa rumit kerusakan mobil pelanggan. Dalam sebulan, penghasilannya tak tentu. Kadang cukup untuk makan, kadang harus berutang di warung sebelah.
Tekanan Hidup yang Tak Pernah Reda
Istrinya, Rina, membantu dengan berjualan gorengan di depan rumah kontrakan mereka yang sempit. Anak pertama mereka, Dita, baru saja diterima di universitas negeri di Semarang. Rendi sangat bangga, tapi kebanggaan itu bercampur cemas. Uang masuk kuliah, biaya kos, dan buku terasa seperti tembok tinggi yang sulit dipanjat.
Beberapa kali Rendi sempat berniat menjual motornya—satu-satunya kendaraan yang dipakainya bekerja—demi biaya registrasi kuliah anaknya. Tapi setiap kali berpikir begitu, hatinya seperti diremas. Tanpa motor, ia tak bisa ke bengkel, tak bisa bekerja, dan tak bisa memberi makan keluarga.
Saat Hidup Seakan Tak Memberi Pilihan
“Saya pernah duduk di depan bengkel sampai malam, bengong. Nggak tahu harus gimana,” kenangnya. Dalam masa itulah seorang rekan bengkel memperkenalkannya pada sebuah permainan daring yang disebut Pola Turbo Odd Even dari Provider PGSOFT di AATOTO. Awalnya Rendi hanya mendengarkan, tak begitu percaya. Tapi malam itu, rasa putus asa membuatnya ingin mencoba.
Ia memulai dengan modal Rp19.200 — uang receh sisa bensin hari itu. “Saya pikir, ya sudah, daripada pikiran makin mumet.” Dengan teliti, ia membaca dan mempelajari pola permainan yang disebut rekannya, memperhatikan ritme dan peluangnya. Malam pertama ia hanya duduk diam, mencoba mengerti cara kerja sistem. Malam kedua, ia mencoba lebih serius.
Cahaya dari Tengah Kegelapan
Beberapa hari kemudian, sesuatu yang tak disangka terjadi. Modal kecilnya tumbuh, sedikit demi sedikit. Dari puluhan ribu menjadi ratusan ribu. Dari ratusan ribu menjadi jutaan. “Saya nggak langsung percaya, saya pikir error,” ujarnya sambil terkekeh. Namun ketika ia berhasil menarik saldo dan uangnya benar-benar masuk ke rekening, air mata Rendi jatuh tanpa disadari.
Dalam dua minggu, ia berhasil mengumpulkan Rp235.400.000. “Rasanya kayak keajaiban. Saya bisa bayar biaya kuliah Dita, lunasi utang, dan bantu istri buka warung kecil yang lebih layak,” katanya, suaranya bergetar.
Hidup yang Kini Lebih Terang
Kini, Rendi masih bekerja di bengkel yang sama. Tapi senyumnya berbeda. Ia bukan lagi pria yang memandangi kabel mobil dengan dahi mengernyit dan pikiran penuh beban. Ia kini menatap masa depan dengan sedikit lebih berani. “Saya nggak mau tergantung sama keberuntungan terus,” katanya. “Tapi saya belajar satu hal — kadang, harapan datang dari arah yang nggak kita sangka.”
Di meja kerja bengkelnya, masih ada obeng dan gulungan kabel, tapi di sudutnya juga ada satu catatan kecil dengan tulisan tangan: “Jangan berhenti berusaha, karena arus listrik pun butuh koneksi untuk bisa nyala.”