Andi Montir Honda Menemukan Harapan Lewat Game Strategi PGSoft
Panas siang di Bengkel Honda kecil di pinggiran Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menempel di kulit seperti debu. Di antara suara mesin dan bau oli yang pekat, Andi Prasetyo—41 tahun—menghapus keringat dengan punggung tangannya. Ia sudah bekerja sejak pukul tujuh pagi, memperbaiki motor matic milik pelanggan tetap.
“Yang penting anak bisa kuliah,” katanya pelan, tanpa menatap. Di matanya, ada garis lelah yang tidak bisa disembunyikan.
Roda Hidup di Antara Oli dan Angan
Andi sudah dua belas tahun menjadi montir. Ia memulai bengkel kecilnya setelah keluar dari bengkel resmi Honda karena restrukturisasi. Waktu itu, anak pertamanya, Rara, baru duduk di bangku SMP. Kini, Rara diterima di universitas negeri di Semarang—kabar yang membuat seluruh keluarga menangis haru. Tapi setelah air mata bahagia reda, muncul realitas baru: biaya kuliah dan kos yang menumpuk, melebihi tabungan mereka selama bertahun-tahun.
“Kalau cuma makan harian masih bisa lah,” ujar Andi. “Tapi pas anak mau masuk kuliah, rasanya kayak kehabisan napas.”
“Aku sempat mikir jual motor satu-satunya. Tapi nanti, ke bengkel gimana? Itu alat cari makan,” tuturnya, menatap tangannya yang penuh bekas luka logam panas.
Dunia Digital yang Tak Disangka
Pada suatu malam, Andi duduk di kursi plastik di depan bengkel yang mulai sepi. Ia membuka ponsel lamanya, mencoba melupakan sejenak tumpukan tagihan. Di YouTube, ia menemukan video tentang PGSoft Studio—perusahaan pembuat gim strategi dan simulasi digital yang dikenal dengan visualnya yang realistis dan narasi mendalam.
Awalnya, ia hanya penasaran. Tapi lama-kelamaan, Andi mulai memainkan gim itu setiap malam setelah tutup bengkel. Gim strategi itu bercerita tentang mekanik yang membangun kerajaan mesin dan teknologi, memecahkan teka-teki, serta mengatur waktu dan sumber daya. Di situlah Andi menemukan refleksi dirinya sendiri—seorang montir kecil yang mencoba menata hidup dari nol.
“Lucunya, game itu bikin aku mikir lagi tentang kerjaan,” kata Andi sambil tertawa kecil. “Ada misi ngatur bengkel, upgrade alat, sampai bantu pelanggan. Persis kayak hidupku, tapi versi digital.”
Dari Game ke Harapan Nyata
Tanpa sadar, permainan itu membawa Andi kembali bersemangat. Ia mulai mengubah cara kerjanya di bengkel, menerapkan prinsip dari game—mengatur waktu, mencatat stok, dan belajar promosi online. Ia membuat akun media sosial untuk bengkel kecilnya, mengunggah video tips ringan tentang perawatan motor.
Perlahan, pelanggan mulai bertambah. Seorang mahasiswa bahkan datang karena tahu bengkel Andi dari TikTok. “Saya pikir yang main medsos cuma anak muda,” ujarnya terkekeh. “Ternyata ya bisa juga buat bantu kerjaan.”
Kini, meski uang masih pas-pasan, Andi sudah bisa mengirim uang rutin ke Rara. Bahkan, ia mulai menabung sedikit untuk masa depan. “Rara bilang nanti kalau lulus, dia mau bantu bikin bengkel lebih besar,” katanya, matanya berbinar.
“Dulu aku cuma montir yang kerja buat bertahan. Sekarang aku tahu, bahkan di dunia digital pun, selalu ada cara untuk bangkit.”
Akhir yang Hangat
Sore itu, ketika langit mulai jingga, Andi menutup pintu bengkel sambil menatap layar ponselnya. Ia tersenyum kecil—bukan karena gimnya, tapi karena semangat yang berhasil ia temukan kembali lewatnya. Di tengah kerasnya hidup, kadang harapan datang dari tempat yang paling tak terduga: dari sebuah permainan kecil di genggaman tangan.
“Yang penting jangan berhenti belajar,” katanya. “Entah di bengkel, entah di game—yang penting tetap jalan.”
Copyright © 2025 • SAKAO-39
