Rizky, Tukang Laundry dari Cirebon: Dari Mesin Cuci ke Dunia Digital
Di sebuah gang kecil di pinggiran kota Cirebon, suara deru mesin cuci berpadu dengan aroma deterjen yang menyengat. Di situlah Rizky (38), seorang tukang laundry, menghabiskan sebagian besar waktunya. Tangannya yang kasar akrab dengan sabun, air, dan pakaian pelanggan yang menumpuk. “Kalau sehari bisa nyuci lima belas kilo aja, itu udah lumayan,” katanya sambil tersenyum tipis.
Rizky hidup bersama istrinya, Sari, dan dua anaknya. Anak sulungnya, Fikri, baru saja diterima di salah satu universitas negeri di Bandung. Kabar itu seharusnya menjadi kebanggaan, tapi bagi Rizky, kebahagiaan itu bercampur dengan rasa takut: biaya kuliah, kos, dan kebutuhan harian—semuanya terasa seperti gunung yang semakin tinggi.
“Saya senang Fikri bisa kuliah, tapi kadang saya nggak bisa tidur mikirin uang semesteran berikutnya,” ujarnya pelan.
Antara Mesin Cuci dan Mimpi Anak
Setiap pagi, Rizky berangkat sebelum matahari naik tinggi. Ia menjemput cucian pelanggan dengan sepeda motor tuanya. Di saat lain, ia duduk di depan mesin cuci, menunggu putaran demi putaran sambil memandangi ponsel butut yang retak di ujung layar.
“Kadang kalau udah lelah, saya buka YouTube atau game kecil biar nggak terlalu stres,” katanya. Suatu hari, dari rekomendasi di media sosial, Rizky mengenal sebuah game simulasi digital buatan PGSoft — bukan sekadar permainan, tapi wadah belajar strategi dan manajemen usaha dalam format hiburan interaktif.
Secercah Harapan dari Dunia Digital
Awalnya, Rizky hanya bermain di waktu senggang. Namun semakin lama, ia menyadari game itu mengajarkannya hal-hal baru: bagaimana mengatur modal, memahami risiko, dan mengambil keputusan cerdas. Ia pun mulai aktif di komunitas daring pemain PGSoft, di mana ia bertemu orang-orang dari berbagai latar belakang — mulai dari mahasiswa hingga pekerja kantoran yang saling berbagi pengalaman.
“Saya pikir dunia digital itu cuma buat orang pintar atau punya modal. Ternyata nggak juga. Yang penting mau belajar,” ucapnya.
Dari sana, Rizky mulai tertarik mempelajari hal-hal baru: pemasaran online, pengelolaan keuangan sederhana, hingga promosi digital. Ia membuat akun media sosial untuk usaha laundrnya — “Rizky Clean Wash” — dan mulai menerima pesanan lewat chat. Dalam waktu beberapa bulan, pelanggannya meningkat hampir dua kali lipat.
Sebuah Titik Balik
Kini, setiap kali mesin cuci berputar, Rizky tak lagi merasa hidupnya ikut berputar tanpa arah. Ia mulai menabung sedikit demi sedikit, dan meski belum banyak, uang itu cukup untuk membantu biaya kuliah anaknya tanpa harus berutang.
“Saya nggak nyangka, dari main game simulasi, saya jadi paham cara berpikir beda. Mungkin ini namanya rezeki yang datang lewat cara tak terduga,” katanya sambil tersenyum.
Di dinding rumah kontrakannya, tergantung jadwal kuliah Fikri dan poster bertuliskan sederhana: “Kerja keras, belajar cerdas.” Kalimat itu menjadi pengingat bahwa harapan bisa lahir dari tempat paling sederhana — bahkan dari sebuah mesin cuci yang terus berputar setiap hari.
— Cirebon, Oktober 2025
