IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/ijougs <p>IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies is a bilingual journal that published in June and December by Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, IAIN Ponorogo. The Journal is focus on the result from researches and studies of gender equities or inequities through in civil society, culture, education, lenguange, religions etc.</p><p>It's located at:</p><p><a href="https://lppm.iainponorogo.ac.id/">LPPM IAIN Ponorogo, Jl. Pramuka, No.156, Ronowijayan, Siman, Ponorogo</a></p><p>Contact us at:</p><p>ijougs@iainponorogo.ac.id 085854981814 (Journal Manager)</p><p>p-ISSN : <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1596601195">2745-7397</a></p><p>e-ISSN : <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1596599443">2745-861X</a></p> Institut Agama Islam Negeri Ponorogo en-US IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies 2745-7397 Model Intervensi Komunitas Amita WCC Ponorogo Pada Penanganan Korban Kekerasan Seksual https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/ijougs/article/view/5416 <p><em>Selama satu dekade terakhir, kasus kekerasan seksual di Indonesia telah meningkat sebanyak 100%. Komnas Perempuan mencatat terdapat 1.887 kasus Kekerasan Seksual di tahun 2021</em><em>. </em><em>Pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat memiliki caranya sendiri untuk mencegah, menangani, serta menanggulangi kasus kekerasan seksual. Amita WCC Ponorogo, sebagai salah satu lembaga pendampingan korban kekerasan seksual yang ada di area Ponorogo, Tulungagung, Madiun, Magetan, Trenggalek dan sekitarnya mengambil peran sebagai lembaga non-pemerintah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan penggalian data melalui wawancara, observasi, dan penelitian dokumen. Penelitian ini ingin melihat bagaimana metode intervensi komunitas yang dipraktekkan oleh Amita WCC Ponorogo dalam menangani kasus kekerasan seksual di Ponorogo. Hipotesa dalam penelitian ini yakni Amita WCC menggunakan metode intervensi komunitas Social Action/aksi sosial. Hal ini didasari pada penanganan kasus kekerasan seksual Amita WCC yang lebih diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, yakni korban kekerasan seksual. Namun, Amita WCC juga mempraktekkan model pengembangan masyarakat lokal dan aksi sosial ketika melakukan sosialisasi ke desa dan institusi pendidikan. </em><strong><em></em></strong></p> Adzka Haniina Albarri Neng Eri Sofiana Copyright (c) 2024 IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies 2024-01-02 2024-01-02 4 1 1 18 10.21154/ijougs.v4i1.5416 Pengaruh Budaya Nasrani terhadap Diskriminasi Kelompok Queer dalam Islam https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/ijougs/article/view/7659 <p><span lang="EN-US">Diskriminasi terhadap kelompok Queer dalam komunitas Muslim seringkali dilatarbelakangi oleh alasan agama. Sebagian Muslim menganggap kelompok Queer adalah orang-orang yang menyimpang, berdosa dan jauh dari syariah Islam. Hal tersebut ditengarai oleh banyaknya misinterpretasi kisah nabi Luth di dalam Al-Quran serta hadits-hadits yang juga digunakan sebagai pembenaran atas diskriminasi kelompok Queer. Padahal, terdapat tafsiran-tafsiran kontemporer mengenai kisah Luth yang seringkali luput diikutsertakan dalam pembahasan mengenai konteks mengapa Allah menurunkan azab untuk kaum Luth. Terdapat dua pertanyaan yang mendasari penelitian ini. Pertama, bagaimana asal-usul kemunculan ujaran diskriminasi kelompok Queer dalam kisah nabi Luth dalam Al-Quran? Kedua, adakah pengaruh lain yang mendukung terjadinya diskriminasi tersebut? Penulis mendapati bahwa tafsiran mengenai kisah nabi Luth tidaklah tunggal dan terdapat faktor lain yang mempengaruhi pelanggengan diskriminasi terhadap kelompok Queer dalam Islam. Hal tersebut disebabkan adanya pengaruh budaya sebelum Islam mengenai diskriminasi kelompok Queer. Terdapat ayat-ayat di dalam Injil yang secara eksplisit menjelaskan hukuman kepada orang yang melakukan homoseksual dan disinyalir terdapat ketumpang-tindihan pemahaman antara budaya Islam dan juga budaya pra-Islam (dalam hal ini Nasrani) dalam pembangunan narasi kisah nabi Luth. </span></p> Ersa Elfira Khaiya Ferdiansah Ferdiansah Copyright (c) 2024 IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies 2023-07-01 2023-07-01 4 1 19 32 10.21154/ijougs.v4i1.7659 Kebijakan Pembatasan Poligami oleh Mahkamah Agung dan Analisis Keberpihakan Bagi Perempuan https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/ijougs/article/view/6508 <p>Selama ini poligami dipahami sebagai bagian dari perbuatan yang dianjurkan karena disebut sebagai sunnah rasul. Tidak sedikit penceramah yang menganjurkan pelaksanaan poligami dan kerapkali-baik sengaja ataupun tidak-memojokkan wanita untuk menerima dimadu oleh suaminya. Paham ini hidup dan secara tidak sadar diterima sebagai nilai yang hidup (<em>living law</em>) dalam masyarakat muslim Indonesia. Padahal terdapat pendapat lain yang menempatkan poligami sebagai perbuatan mubah belaka. Beberapa madzhab bahkan mensunnahkan agar suami cukup menikahi satu orang istri saja, karena poligami cenderung akan menyakiti perempuan. Pendapat fiqh inilah yang melatarbelakangi Mahkamah Agung menerbitkan petunjuk teknis dan sejumlah Sema berkaitan dengan praktik poligami. Melalui medium tersebut, diberikan jaminan kepastian hukum bagi istri untuk bersuara di depan sidang serta mempertahankan hak-haknya atas harta dalam perkawinan. Poligami liar juga telah dilarang untuk disahkan serta sejumlah hak keperdataan antara suami dan istri tidak diakui di depan hukum. Mahkamah Agung tengah menggunakan hukum (<em>law as tool of social engineering</em>) untuk menghidupkan pendapat-pendapat fiqh yang berpihak pada perlindungan perempuan dan sedikit demi sedikit diharapkan dapat mengikis pemahaman fiqh yang cenderung menegasikan kedudukan perempuan.</p> Lutfiana Dwi Mayasari Akmal Adi Cahya Nur Triyono Copyright (c) 2024 IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies 2023-07-01 2023-07-01 4 1 33 48 10.21154/ijougs.v4i1.6508 Rekonstruksi Pemikiran Muhammad Quraihs Shihab Terhadap Hadis Bernuansa Misoginis https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/ijougs/article/view/5967 <p>Pada zaman sekarang pemahaman hadis misoginis terhadap perempuan belum bisa dinegasikan secara sempurna. Hal ini disebabkan oleh pemahaman yang tekstual dan tidak komprehensif dalam memaknai hadis. Begitupun dengan pemahaman para ulama terdahulu sesuai konteksnya, bias apabila dipahami pada zaman sekarang. Studi ini bertujuan mengeksplorasi konstruksi pemikiran Quraish Shihab terhadap hadis “penciptaan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam yang bengkok” melalui pemikirannya yang ramah gender dan tafsir progresifnya. Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan resiprokal <em>(qiraat mubadalah). </em>Hasil pembacaan terhadap literatur menunjukkan bahwa maksud dari tulang rusuk yang bengkok bukanlah bentuk pelecehan, akan tetapi hanyalah sebagai ilustrasi. Kemudian, filosofi tulang rusuk yang bengkok adalah kecenderungan sikap perempuan, yang mana apabila dikeraskan akan mendapatkan kesulitan bagi laki-laki dalam memperbaikinya. Hal ini bertujuan supaya kaum laki-laki menyadari dan memahami karakter perempuan, agar terciptanya sikap bijaksana terhadap perempuan. Distingsi pemaknaan hadis tersebut dengan mufassir lain yakni, mufassir lain menafsirkan tulang rusuk yang bengkok adalah kecenderungan sikap perempuan yang mudah bengkok, lemah dan mudah terpengaruh. Maka Pemikiran Muhammad Quraish Shihab bisa menjadi rekomendasi dalam memahami hadis-hadis yang bernuansa misoginis terkhusus pembahasan hadis kekerasan seksual (diciptakan perempuan dari tulang rusuk Nabi Adam). Hal ini bertujuan agar pembiasan pemahaman dan tindakan terhadap perempuan bisa diminimalisir dengan baik.</p> Muhammad Sabri Novizal Wendry Copyright (c) 2024 IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies 2023-07-01 2023-07-01 4 1 49 64 10.21154/ijougs.v4i1.5967