TRADISI SAJEN DALAM PERNIKAHAN DI KELURAHAN TONATAN PONOROGO

  • Arrijalu Sakin Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo
Abstract views: 904 , PDF downloads: 2571

Abstract

Abstract

 

Theoretically, the society of a city as a part of modern society address the tradition critically. However, the fact shows that there are people of city who maintain the tradition, such as sajen in the tradition of marriage. This fact occurs in an Islamic society of Tonatan Village of Ponorogo in East Java. This study discussed traditional practice, sajen, at the wedding in the village of Tonatan of Ponorogo and its meaning. The approach used is symbolic-interpretive-anthropological approach. This study found that the purpose of the village residents of Tonatan in performing wedding ceremonies is to run Islamic sharia on the one hand and also to run sesaji tradition on the other. Motives underlying the implementation of the tradition can be grouped into four: 1) sesaji as the transmission medium of morality of Java, 2) form of a relationship with God, 3) form of a relationship with a supernatural being, and 4) a form of social relationship.

 

Secara teoritis, masyarakat kota sebagai bagian dari masyarakat modern menyikapi tradisi secara kritis. Namun demikian, faktanya masih ada masyarakat kota yang mempertahankan tradisi, seperti tradisi sajen dalam pernikahan. Keadaan inilah yang terjadi dalam masyarakat Islam Kelurahan Tonatan Ponorogo Jawa Timur. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pandangan unik dalam rangka mempertahankan tradisi tersebut. Penelitian ini membahas bagaimana praktik tradisi sajen pada acara pernikahan di Kelurahan Tonatan Ponorogo dan apa maknanya. Untuk mengungkapnya, penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi simbolik interpretatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan warga Kelurahan Tonatan dalam melaksanakan upacara pernikahan adalah menjalankan syariat agama Islam di satu sisi dan juga menjalankan tradisi-tradisi sesaji di sisi lain. Tradisi sesaji tersebut oleh warga setempat dikenal dengan istilah “sajen,” “cok bakal,” dan “uba rampe.” Motivasi yang mendasari pelaksanaan tradisi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat: 1) sesaji sebagai media transmisi moralitas Jawa, 2) bentuk hubungan dengan Tuhan, 3) bentuk hubungan dengan makhluk gaib, dan 4) bentuk hubungan sosial.

 

Keywords: tradisi, sajen, pernikahan

Author Biography

Arrijalu Sakin, Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo
Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo

PlumX Metrics

Published
2012-12-02