Dampak Ketidakhadiran Ibu Sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) Terhadap Perkembangan Psikologis Remaja
Abstract views: 1718
,
PDF downloads: 2101
Keywords:
Remaja, Ibu TKW, Perkembangan Psikologis
Abstract
Abstrak: Bagi remaja yang memiliki ibu TKW, dinamika psikologis yang terjadi dalam proses perkembangan ini menjadi hal yang menarik karena ketidakhadiran ibu sebagai salah satu tokoh sentral yang biasanya memiliki peran besar dalam perkembangan sang anak. Hasil dari riset ini
adalah: pertama,keempat subjek merasakan kesedihan saat ditinggalkan oleh sang ibu pada awalnya (saat masih anak-anak), namun berangsurangsur tiga subjek (H, P, dan D) bisa beradaptasi, hingga saat remaja dapat menerima keadaan tersebut. Hanya ada satu subjek (A) yang sampai saat ini masih terus merasa sedih dengan kepergian ibunya, hal ini ada kaitannya dengan ketidaktersedian figur attachment pengganti
sang ibu dari keluarga. Kedua, tiga subjek (A, H, dan P)memiliki persepsi positif mengenai pekerjaan sang ibu sebagai TKW (pekerjaan mulia, halal, sumber keuangan, pahlawan keluarga, dan pahlawan devisa) sedangkan satu subjek (D) menilai sebenarnya pekerjaan ibunya sebagai TKW kurang layak tetapi ini adalah pekerjaan yang halal. Ketiga, tiga subjek (H, P, dan D) menemukan figur attachment pengganti setelah kepergian sang ibu dari keluarga. Sedangkan subjek A tidak menemukan figur attachment pengganti ibu dari pihak keluarga sehingga ia mencari figur attachment dari luar keluarga (sahabat A beserta keluarganya). (d) Self esteem dipengaruhi kuat oleh keharmonisan keluarga. Dari 4 subjek, hanya satu (P) yang merasa bahwa keluarganya harmonis meskipun ibu bekerja sebagai TKW. 3 subjek lainnya (A, H, dan D) menilai bahwa keluarga mereka tidak harmonis. Kondisi keluarga yang
tidak harmonis tidak mendukung terbangunnya self-esteem yang positif sehingga bisa disimpulkan bahwa self-esteem dari aspek keluarga pada subjek A, H, dan D adalah negatif.
adalah: pertama,keempat subjek merasakan kesedihan saat ditinggalkan oleh sang ibu pada awalnya (saat masih anak-anak), namun berangsurangsur tiga subjek (H, P, dan D) bisa beradaptasi, hingga saat remaja dapat menerima keadaan tersebut. Hanya ada satu subjek (A) yang sampai saat ini masih terus merasa sedih dengan kepergian ibunya, hal ini ada kaitannya dengan ketidaktersedian figur attachment pengganti
sang ibu dari keluarga. Kedua, tiga subjek (A, H, dan P)memiliki persepsi positif mengenai pekerjaan sang ibu sebagai TKW (pekerjaan mulia, halal, sumber keuangan, pahlawan keluarga, dan pahlawan devisa) sedangkan satu subjek (D) menilai sebenarnya pekerjaan ibunya sebagai TKW kurang layak tetapi ini adalah pekerjaan yang halal. Ketiga, tiga subjek (H, P, dan D) menemukan figur attachment pengganti setelah kepergian sang ibu dari keluarga. Sedangkan subjek A tidak menemukan figur attachment pengganti ibu dari pihak keluarga sehingga ia mencari figur attachment dari luar keluarga (sahabat A beserta keluarganya). (d) Self esteem dipengaruhi kuat oleh keharmonisan keluarga. Dari 4 subjek, hanya satu (P) yang merasa bahwa keluarganya harmonis meskipun ibu bekerja sebagai TKW. 3 subjek lainnya (A, H, dan D) menilai bahwa keluarga mereka tidak harmonis. Kondisi keluarga yang
tidak harmonis tidak mendukung terbangunnya self-esteem yang positif sehingga bisa disimpulkan bahwa self-esteem dari aspek keluarga pada subjek A, H, dan D adalah negatif.
Published
2010-12-01
Issue
Section
Articles
Copyright (c) 2010 Kodifikasia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.