THE PHENOMENON OF FLEXING BEHAVIOR AFTER THE PANDEMIC IS A CONTEMPORARY ECONOMIC PROBLEM FROM AN ISLAMIC ECONOMIC PERSPECTIVE
Abstract
Fenomena perilaku pamer di media sosial yang dinamai kekinian yakni, “flexing”. Perilaku pamer ini erat kaitanya dengan materi melekat dengan individu sebagai pembentuk kelompok. Perilaku flexing penting untuk dikaji dalam pandangan Ekonomi Islam karena, fenomena pengendalian diri yang kurang sehingga konsumsi yang berlebihan dan tidak penting, bermudah-mudahan melakukan pamer, mental ingin cepat kaya, menepis batas halal dan haram dan jauh dari sifat seorang muslim. Adapun metode yang digunakan pada tulisan ini adalah kualitatif deskriptif, sumber-sumber kajian pada tulisan ini bersumber dari jurnal-jurnal, buku-buku, berita, pendapat, dapat pula dikatakan sebagai literatur review. Penelitian ini tidak menguji hipotesis melainkan mengkaji fenomena-fenomena yang sedang terjadi. Islam menjunjung tinggi kebermanfaatan dan sebisa mungkin menghindari sebaliknya. Walapun flexing juga sering digunakan untuk strategi marketing saat ini yang berguna untuk dunia pemasaran, namun flexing memberi dampak negatif beragam mendorong pasar yang minim manfaat, konsumsi yang tidak perlu untuk social climber dan ternyata adalah life trap, tidak terjaga dan terpeliharanya akal serta harta, jauh dari keseimbangan ekonomi skala individu, perusaahan bahkan negara jika meliputi sirkulasi perekonomian mikro dan makro. Islam telah menentukan standar hidup setiap individu bahkan kelompok. Melebihi standar normatif yang diatur manusia itu sendiri. Karakter ekonomi Islam yang berbeda dengan sistem ekonomi di luar Islam, menjadikan ekonomi Islam sebagai jalan yang seharusnya ditempuh bukan sebagai alternatif. Islam adalah agama yang sempurna paripurna. Mengatur tatanan peradaban sampai pada perilaku individu. [The phenomenon of showing off behavior on social media is called the present, namely, "flexing". This showing off behavior is closely related to the material attached to the individual as a forming group. Flexing behavior is important to review in the view of Islamic Economics because, the phenomenon of lack of self-control results in excessive and unnecessary consumption, hopefully showing off, the mentality of wanting to get rich quickly, getting rid of the boundaries of halal and haram and far from the nature of a Muslim. The method used in this paper is descriptive qualitative, the sources of study in this paper come from journals, books, news, opinions, it can also be said as a literature review. This research does not test the hypothesis but examines the phenomena that are happening. Islam upholds usefulness and as much as possible avoids the opposite. Even though flexing is also often used for current marketing strategies that are useful for world marketing, flexing has various negative impacts, pushing markets that have minimal benefits, unnecessary consumption for social climbers and it turns out to be a life trap, not maintaining and maintaining reason and wealth, far from the economic balance of the individual, company and even the state scale if it includes micro and macro economic accountability. Islam has determined the standard of living of every individual and even group. Exceeding the normative standards that govern the man himself. The character of the Islamic economy, which is different from non-Islamic economic systems, makes Islamic economics a path that should be taken, not an alternative. Islam is a complete perfect religion. order of civilization order to individual behavior.]
References
Afzal-ur-Rahman, and Dewi Nurjulianti. Muhammad sebagai seorang pedagang. Indonesia: Yayasan Swarna Bhumy, 1997.
Darmalaksana, Wahyudin. “Studi Flexing Dalam Pandangan Hadis Dengan Metode Tematik Dan Analisis Etika Media Sosial.” Gunung Djati Conference Series 8 (January 13, 2022): 412–27.
Dewi, Intan Rakhmayanti. “Data Terbaru! Berapa Pengguna Internet Indonesia 2022?” CNBC Indonesia. Accessed August 11, 2022. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220609153306-37-345740/data-terbaru-berapa-pengguna-internet-indonesia-2022.
Hestianingsih. “Arti Flexing, Istilah yang Ramai di Media Sosial Terkait Pamer Harta.” wolipop. Accessed August 10, 2022. https://wolipop.detik.com/health-and-diet/d-5996210/arti-flexing-istilah-yang-ramai-di-media-sosial-terkait-pamer-harta.
Inilah Kaya Boong-Boongan Yang Dipamerkan & Dipercaya Milenial Dan Ditiru Luas, 2022. https://www.youtube.com/watch?v=P8nqLYg8G1Q.
Jamarudin, Ade, Nanang Naisabur, Chikal Anugrah Putra Naisabur, and Yundri Akhyar. “PRINCIPLES OF ISLAMIC ECONOMIC NORMS IN THE AL-QUR’AN PERSPECTIVE.” Kodifikasia 15, no. 1 (June 19, 2021): 159–70. https://doi.org/10.21154/kodifikasia.v15i1.2290.
Kertamukti, Rama, and Rama Kertamukti. “HASRAT PAMER DIRI KELAS MENENGAH INDONESIA DI INSTAGRAM : Media Baru, Identitas Dan Masyarakat Jaringan.” Universitas Gadjah Mada, 2020. http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/186709.
Mahyuddin, Mahyuddin. “Social Climber Dan Budaya Pamer: Paradoks Gaya Hidup Masyarakat Kontemporer.” Jurnal Kajian Islam Interdisipliner 2, no. 2 (2017). https://doi.org/10.14421/jkii.v2i2.1086.
Moegan Housel. The Psychology of Money. Cetakan X September 2021. BACA, 2022.
“Pamer Kemewahan: Kajian Teori Konsumsi Thorstein Veblen | Bakti | Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi).” Accessed August 22, 2022. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JSU/article/view/18109.
Quran.com. “Surah Taha - 1-135.” Accessed December 19, 2022. https://quran.com/taha.
“View of Maqashid Syariah Sebagai Paradigma Dasar Ekonomi Islam.” Accessed August 8, 2022. http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/economic/article/view/958/699.
Copyright (c) 2023 Kodifikasia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.