Bendrong Lesung In A Vortex Of Piety Movement In Banten

  • Lina Sobariyah Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  • Arif Zamhari Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstract views: 649 , PDF downloads: 346
Keywords: women's identity, piety movement, bendrong lesung

Abstract

Abstract: This article examines efforts to preserve local culture by women in the city of Cilegon. The existence of the bendrong lesung art will be the object of research because the role of women looks so important in this art performance. Women with their bendrong lesung represent the values of strong religiosity. This article is the result of field research using a case study method with a feminist anthropological approach. The researchers used some data collection techniques such as observation, in-depth interviews and documentation. Bendrong lesung is one of the traditional arts performed by the people of the City of Cilegon, Banten. Historically, this art performance was held in a community tradition in welcoming the harvest as a form of gratitude and happy expression for the efforts that have produced good results. Bendrong lesung as a cultural product represents the social piety identity of women. On its development, women as the main actors have a high awareness of diversity. Thus, beside the identity of social piety that was born in the existence of this bendrong lesung, personal piety identity was also manifested by the players with symbols in the form of the use of the veil covering the genitals to replace the clothes kemban. The existence of the bendrong lesung has witnessed how the piety movement was formed until now.

الخلاصة: تتناول هذه المقالة الجهود المبذولة للحفاظ على الثقافة المحلية من قبل النساء في مدينة سيليجون. إن وجود فن الالتواء هو موضوع البحث لأنه في هذا الفن دور المرأة يبدو مهمًا جدًا. تمثل النساء مع غمازاتهن قيم التدين الكثيف. هذه المقالة هي نتيجة البحث الميداني باستخدام طريقة دراسة حالة مع نهج أنثروبولوجي نسوي. في تقنيات جمع البيانات ، يستخدم الباحثون تقنيات تشمل الملاحظة والمقابلات المتعمقة (المقابلات المتعمقة) والتوثيق. Bendrong lesung هي واحدة من الفنون التقليدية لشعب مدينة Cilegon   Banten. تاريخيا ، أدرج هذا الفن في تقاليد المجتمع في الترحيب بالحصاد كشكل من الامتنان والتعبير السعيد عن الجهود التي أسفرت عن نتائج جيدة. تمثل bendrong lesung كمنتج ثقافي هوية التقوى الاجتماعية للمرأة. لدى تطورها ، تتمتع النساء بصفتهن الجهات الفاعلة الرئيسية بوعي عال بالتنوع. لذلك ، بالإضافة إلى هوية التقوى الاجتماعية التي ولدت في وجود هذا الانحناء ، ظهرت هوية التقوى الشخصية من قبل اللاعبين برموز في شكل استخدام الحجاب الذي يغطي الأعضاء التناسلية لاستبدال الملابس التوأم. شهد وجود مدافع الهاون كيف تشكلت حركة التقوى حتى الآن.

Abstrak: Artikel ini mengkaji tentang upaya pelestarian kebudayaan lokal yang dilakukan oleh kaum perempuan di Kota Cilegon. Eksistensi kesenian bendrong lesung akan menjadi objek penelitian karena dalam kesenian ini peran perempuan terlihat begitu penting. Kaum perempuan dengan bendrong lesung-nya merepresentasikan nilai-nilai religiusitas yang kental. Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan antropologi feminis. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik-teknik diantaranya observasi, wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi. Bendrong lesung merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat Kota Cilegon, Banten. Secara historis, kesenian ini termasuk dalam sebuah tradisi masyarakat dalam menyambut panen sebagai wujud rasa syukur dan ungkapan bahagia atas jerih payah yang telah membuahkan hasil yang baik.  Bendrong lesung sebagai sebuah produk kebudayaan merepresentasikan identitas kesalehan sosial kaum perempuan. Dalam perkembangannya, para perempuan sebagai pelaku utama mempunyai kesadaran akan keberagamaan yang cukup tinggi. Maka, selain identitas kesalehan sosial yang terlahir dalam eksistensi bendrong lesung ini, identitas kesalehan personal juga terwujud dari para pemainnya dengan simbol berupa penggunaan jilbab penutup aurat menggantikan pakaian kemban. Eksistensi bendrong lesung telah menjadi saksi bagaimana gerakan kesalehan terbentuk sampai sekarang.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf bin Hayyan. Al-Bahru al-Muhith, Cet. 1. Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993.

Afif, Afthoul. Teori Identitas Sosial. Yogyakarta: UII Press, 2015.

Bandem, I Made, dan Murgiyanto, Sal. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Barnard, Malcolm. Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta: Jalasutra, 2011.

Berger, Peter L., dan Luckmann, Thomas. The Social Construction of Reality. A Treatise in the Sociology of Knowledge. New York: Penguin Books, 1990.

Effendi, Bahtiar, dkk.,. Mutiara Terpendam: Perempuan dalam Literatur Islam Klasik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Geertz, Clifford. The Interpretation of Culture. New York: Basic Bock, Inc., Publishers, 1973.

Geertz, Clifford. The Religion of Java. Glencoe: The Free Press of Glencoe, 1960.

Hamidah dan A. Syadzali. “Analisis Semiotika Roland Barthes tentang Fenomena Jilboobs,” Studia Insania 4, no. 2 (2016): 117-126. doi: https://doi.org/10.18592/jsi.v4i2.1124

Hamidjoyo, Pranoto, dkk,. Sejarah Cilegon. Cilegon: CV Panca Mandiri, 2008.

Hasan, Noorhaidi, dkk., (eds.). Islam di Ruang Publik: Politik Identitas dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia. Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2011.

Hasanah, Umdatul. Majelis Taklim Perempuan dan Perubahan Sosial Pada Masyarakat Perkotaan. Magelang: PKBM Ngudi Ilmu, 2017.

Hasanah, Umdatul. Majelis Taklim Perempuan dan Perubahan Sosial Pada Masyarakat Perkotaan. Magelang: PKBM Ngudi Ilmu, 2017.

Hermawan, T. “The Context of Women’s Clothes Verses and It’s Influence on the Concept of Women’s Dressing (A Comparison of Four Indonesian Exegeses).” Millati 2, no. 1 (2017): 105-123. doi: https://doi.org/10.18326/mlt.v2i1.105-124

Humaeni, Ayatullah. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Magi Banten. Serang: Bantenologi, 2014.

Humaeni, Ayatullah. Interaksi Islam dan Budaya Lokal dalam Ritus Ruwatan Masyarakat Banten. Serang: Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, 2016.

Huriyudin. “Ekspresi Seni Budaya Islam di Tengah Kemanjemukan Masyarakat Banten,” Jurnal Lektur Keagamaan 12, (2014): 257-296.

Ibnu Manzur, Lisan al-Arob, (Beirut: Dar-al-Shadr).

Ibrahim, Idi Subandy. “Pakaian Anda Menunjukkan Siapa Anda? Semiotika Fashion sebagai Komunikasi Artifaktual.” dalam Fashion sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2011b.

Idrus, Nurul Ilmi. To Take Each Other: Bugis Practieces of Gender, Sexuality and Marriage, Disertasi. Australian National University, 2003.

Ihromi T.O., (eds.). Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013.

Juneman. Psychology of Fashion: Fenomena Perempuan [melepas] Jilbab. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Khairunnisa. Multikulturalisme dan Politik Identitas: Kontestasi Simbol-simbol Islam pada Ruang Publik di Kota Tangerang. Tangerang Selatan: YPM, 2012.

Lubis, Nina H., dkk.. Sejarah Banten: Membangun Tradisi dan Peradaban. Serang: Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Banten, 2014.

Magnis-Suseno, Franz. Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Mulyana, Aton Rustandi. “Azas Ludic dalam Keramaian Bunyi Ritus Ngarot.” Gelar: Jurnal Seni Budaya 9, no. 2 (2011): 164-170. doi: https://doi.org/10.33153/glr.v9i2.1391

Pals, Daniel L., (eds.). Seven Theories of Religion. Oxford: Oxford University Press, 1996.

“Profil Kelurahan Pabean”. Arsip Kelurahan Pabean Cilegon, 28 Februari 2020.

Rahayu, Lina Meilinawati. “Jilbab: Budaya Pop dan Identitas Muslim di Indonesia.” Jurnal Kebudayaan Indonesia 14, no. 1 (Januari-Juni 2016): 139-155. diakses dari https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Jilbab%3A+Budaya+Pop+dan+Identitas+Muslim+di+Indonesia&btnG=

Redaksi. “Prolog: Perempuan dalam Monopoli atas Kearifan Lokal.” Jurnal Perempuan, no. 57 (Januari, 2008).

Rinaldo, Rachel. “Envisioning the Nation: Women Activist Religious and the Public Sphere in Indonesia.” Oxford Journal, Social Science-Social Force 86, no. 4 (2008): 1781-1804. diakses dari http://oxfordjournal.org/contens/86/1781.pdf

Salman, Darmawan. Sosiologi Desa: Revolusi Senyap dan Tarian Kompleksitas. Makassar: Ininnawa, 2016.

Sedyawati, Edi, dkk.. Sejarah Kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Strinati, Dominic. Populer Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Yogyakarta: Jejak, 2007.

Tim Penyusun Kementrian Agama RI. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2019.

ath-Thabari, Abu Muhamad bin Jarir. Jāmi’ al-Bayān an-Ta’wīl ai al-Qur’ān. Kairo: Dār Ibnu Jauzi, 2015. cet 1.

Umar, Nasaruddin. “Antropologi Jilbab.” Ulumul Quran 6, no. 5 (1996).

Wawancara Pribadi dengan Arbaiyah, Cilegon, 23 Oktober 2019.

Wawancara Pribadi dengan Halimah, Cilegon, 19 Juni 2016.

Wawancara Pribadi dengan Muktillah, Cilegon, 24 Oktober 2019.

Wawancara Pribadi dengan Sodikin, Cilegon, 24 Oktober 2019.

Yulikhah, Safitri. “Jilbab: Antara Kesalehan dan Fenomena Sosial.” Jurnal Ilmu Dakwah 36, no. 1 (Januari–Juni, 2016) 69-117. doi: http://dx.doi.org/10.21580/jid.v36.1.1627

PlumX Metrics

Published
2020-05-31
How to Cite
Sobariyah, L., & Zamhari, A. (2020). Bendrong Lesung In A Vortex Of Piety Movement In Banten. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 20(1). https://doi.org/10.21154/altahrir.v20i1.2041