Representasi Ideologis Muhammadiyah dalam Wirid Sebelas Ayat: Studi Living Qur’an di Desa Sidoharjo, Samigaluh, Kulon Progo

Main Article Content

Siti Khotijah

Abstract

Abstract

This paper departs from the author's interest in the practice of reading wirid collectively by the Muhammadiyah modernist Islamic group. Unlike wirid in general, which takes the form of sholawat, istighfar, and dhikr, wirid eleven verses consists of certain parts of the Qur'anic verses with several affixes of Allah, Insyallah, al-hamdulillah, and Allahu Akbar. Wirid eleven verses is taught through oral tradition, therefore this research was conducted to trace the verses used as wirid and then make it a text. This research will discuss how the historicity of wirid eleven verses reached the Muhammadiyah community in Sidoharjo village whose implementation of Sufism is different from traditionalist Islamic groups and the purpose of reading wirid eleven verses for its practitioners and how it affects the Muhammadiyah community in general. This research is field research with the main data in the form of interviews, the approach used in the research is a philosophical historical approach. Wirid eleven verses was spread by Haji Widarso Widarsono. This Wirid has two purposes, implied purpose and explicit purpose. The implicit purpose of this wirid is as a tool or knowledge (panginjen) of Allah's knowledge and a form of taqarrub ilaa Allah. While the explicit purpose of wirid is manifested in the aspects of education for the elderly, Islamic propagation, strengthening tawhid, and as a representation of the implementation of accommodative Muhammadiyah Sufism. Wirid eleven verses is proof that purification groups do not always idolise wirid practices, but actively take part by modifying them without eliminating the ideology they believe in, while wirid eleven verses, are verses chosen as the essence of the Qur'an which is loved by Allah.

 

Abstrak

Tulisan ini berangkat dari ketertarikan penulis terhadap adanya praktik pembacaan wirid secara kolektif oleh kelompok Islam modernis Muhammadiyah. Tidak seperti wirid pada umumnya, yang berbentuk sholawat, istighfar, dan dzikir, wirid sebelas ayat terdiri dari bagian bagian tertentu dari ayat-ayat Al-Qur’an dengan beberapa imbuhan Allah, Insyallah, al-hamdulillah, dan Allahu Akbar. Wirid sebelas ayat diajarkan melalui oral tradition, oleh itu penelitian ini dilakukan untuk menelusuri ayat-ayat yang digunakan sebagai wirid lalu menjadikannya sebuah teks. penelitian ini akan membahas bagaimana historisitas wirid sebelas ayat hingga sampai di masyarakat Muhammadiyah di desa Sidoharjo yang implementasi tasawufnya berbeda dengan kelompok Islam tardisionalis dan tujuan pembacaan wirid sebelas ayat bagi pengamalnya serta bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat Muhammadiyah secara umum. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan data utama berupa wawancara, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan historis filosofis. Wirid sebelas ayat disebarkan oleh Haji Widarso Widarsono. Wirid ini memiliki dua maksud, maksud tersirat dan maksud tersurat. Maksud tersirat wirid ini ialah sebagai alat atau ilmu (panginjen) ilmu Allah dan bentuk taqarrub ilā Allah. Sedangkan maksud tersurat wirid diwujudkan pada aspek pendidikan kaum lansia, syiar Islam, penguatan tauhid, dan sebagai representasi implementasi tasawuf Muhammadiyah yang akomodatif. Wirid sebelas ayat menjadi bukti kelompok purifikatif tidak selalu membid’ahkan praktik-praktik wirid, namun turut aktif mengambil bagian dengan memodifikasi tanpa menghilangkan ideologi yang dipercaya, adapun wirid sebelas ayat, merupakan ayat-ayat yang dipilih sebagai intisari Al-Qur’an yang dicintai Allah.

Article Details

Section
Artikel

References

Abdullah, Muhammad. “Fungsi Wirid Dan Hizib Dalam Sastra Lisan Pesantren ( Studi Kasus Wirid Asma ’ Ul Husna Dan Hizib Lathif Di.” Metasastra Vol. 4, No (n.d.): 40.
Abdurrohman, Asep Abdurrohman. “Eksistensi Islam Moderat Dalam Perspektif Islam.” Rausyan Fikr : Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan Vol. 14, no. No. 1 (2018): 30. https://doi.org/10.31000/rf.v14i1.671.
Aprillia, Fransisca, and Arief Sudrajat. “Motif Sosial Tahlilan Masyarakat Muhammadiyah Ploso, Surabaya Timur.” Paradigma; Journal of Sosiological Studies 12, no. 3 (2023): 19.
Ariadi, Purmansyah, Rulitawati Rulitawati, and Mona Novita. “Pemahaman Dan Pengamalan Nilai-Nilai Tasawuf Di Kalangan Elit Muhammadiyah Sumatera Selatan.” NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan Dan Sosial Keagamaan Vol. 8, no. 1 (2021): 176. https://doi.org/10.51311/nuris.v8i1.292.
Delvia, Zulfan, and Yuva Ayuning Anjar. “Tradisi Meudikee Organisasi Muhammadiyah Pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi Kasus Desa Kutabuloh II Kecamatan Meukek).” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Vol. 7, no. No. 2 (2022): 3.
Dewi, Subkhani Kusuma. “Fungsi Performatif Dan Informatif Living Hadis Dalam Perspektif Sosiologi Reflektif.” Jurnal Living Hadis 2, no. 2 (2018): 199. https://doi.org/10.14421/livinghadis.2017.1328.
Dzulkifli, Mohammad. “Konsistensi Tradisi Tahlilan Dan Kenduri Di Kampung Sapen Perspektif Fenomenologi Agama.” Jurnal Pemikiran Dan Kebudayaan Islam 30, no. 1 (2021): 40.
Hakim, Lukman, and Rahmi Faradisya Ekapti. “Penguatan Pendidikan Pancasila Sebagai Jatidiri, Refleksi, Dan Tantangan Dalam Membatasi Paham Radikalisme Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Islam Ponorogo.” Muslim Heritage 4, no. 2 (2019). https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/muslimheritage/article/view/1850.
Hidayat, Wahyu. “Muhammadiyah; Di Antara Gerakan Modernis, Tajdid, Dan Purifikasi.” Jurnal Pemikiran Islam 3, no. 1 (2023): 71.
Kholid, A. R. Idham. “MENUJU TUHAN MELALUI TAREKAT (Kajian Tentang Pemikiran Tasawuf).” JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama Dan Kemanusiaan Vol. 4, no. No. 1 (2018): 4. https://doi.org/10.24235/jy.v4i1.3187.
Luthfi, Abdi Kamiludin. “Motif Jamaah Muhammadiyah Dan Persis Pada Kegiatan Tawasul Tarekat Asy-Syahadatain ( Studi Kasus Jamaah Tarekat Asy-Syahadatain Di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ).” UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2018.
Malichatun, Ani. “Wirid Dalam Budaya Jawa Islam Pada Masyarakat Demak.” Seminar Internasional Riksa Bahasa XIII XIII (2020): 1660.
Najib, Muhammad Ainun. “Epistimologi Tasawuf Modern Hamka.” Jurnal Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan 18, no. 2 (2018): 322.
Nurhayati, Siti, Mahsyar Idris, and Muhammad Al-Qardi Burga. Muhammadiyah Dalam Perspektif Sejarah, Organisasi, Dan Sistem Nilai. TrustMedia Publishing. Yogyakarta: Trust Media Publishing, 2018.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH (Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke-45 Tahun 2005 Di Malang). Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2019.
Riskasari, Ana. “Pengaruh Persepsi Tradisi Tahlilan Di Kalangan Masyarakat Muhammadiyah Terhadap Relasi Sosial Di Desa Gulurejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta.” Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama Dan Masyarakat 2, no. 2 (2019): 205. https://doi.org/10.14421/panangkaran.2018.0202-01.
Rohimah, Lutfi. “Tasawuf Dalam Perspektif Muhammadiyah (Studi Tokoh Abdur Razak Fakhruddin).” UIN Raden Intan Lampung, 2017.
Said, Suarning. “Wawasan Al-Qur’an Tentang Ibadah.” Jurnal Syari’ah Dan Hukum Diktum Vol. 15, no. No. 1 (2017): 44.
Samsidar. “Persepsi Muhammadiyah Dalam Memahami Tasawuf.” Al-Muaddib (Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman) Vol. 2, no. No. 2 (2017): 219.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an Tentang Do’a Dan Dzikir. Tangerang: Lentera Hati, 2018.
Sudiono, Titut, and Ahmad Madkur. “KUMANDANG SHOLAWAT DI SEKOLAH KRISTEN: A POLICY ON AN INTER-FAITH DIALOGUE IN A CHRISTIAN SCHOOL.” Muslim Heritage 3, no. 2 (2018): 307–22. https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/muslimheritage/article/view/1483.
Tisnowijaya, A. Sya’roni. “Tasawuf Di Kalangan Intelektual Muhammadiyah Kota Semarang.” Tajdida Vol. 9, No, no. 0291 (n.d.): 125–26.